Media Sultra, 02/01/2012, Halaman 2
Sekitar 65 persen dari 867,98 kilometer persegi luas Pulau Kabaenaal untuk penambangan nikel.
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sultra, Prof. Dr. H. Yusuf Abadi, di Rumbia, belum lama ini, mengatakan, hampir semua jenis tanah di Pulau Kabaena mengandung ore nikel yang dapat dikelola untuk meningkatkan kesejateraan rakyat.
"Ore nikel terdapat dihampir seluruh wilayah, mulai dari pesisir hingga daerah pegunungan di Pulau Kabaena,"katanya.
Saat ini, tambahnya, terdapat 21 perusahaan tambang di Pulau kabaena, diantaranya adalah PT. Timah Eksplomin, PT. Billy Indonesia, PT. Trias Jaya Agung, PT. Shantun Resourches, PT. Cahaya Saga Utama, PT. Cromindo Lestari dan puluhan perusahaan lainnya.
"Hampir semua perusahaan tambang yang ada di Kabaena itu mengantongi izin usaha pertambangan (IUP) produksi,"katanya.
Meski telah dikepung puluhan perusahaan tambang seperti nikel, chorome maupun emas kata dia, manun kesejahteraan masyarakat di Kabaena tidak akan terwujud, sebab orientasi pengelolaannnya hanya didasarkan pada keuntungan yang akan diperoleh dari kekayaan alam di kawasan yang dikelolanya.
"Orientasi pengelolaan tambang yang seperti ini, jelas sangat keliru, sebab pihak perusahaan yang beranggapan bahwa kawasan yang dikelolanya itu adalah milik pribadinya,"kata Yusuf.
Padahal, lanjut Yusuf, kekayaan alam itu merupakan milik rakyat Indonesia yang secara implisit pengaturan dan pemanfaatan nya dilakukan oleh negara untuk sebenar-benarnya kemakmuran dan kesejateraan rakyat.
"Artinya bahwa sumber kekayaan alam yang ada itu merupakan aset yang sebaiknya dikeloladan dipergunakan untuk sebesar-besarnyakemakmuran rakyat dalam arti perlu diproduksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,"katanya.
Di Bombana lanjut Yusuf, selain sebagai daerah potensional pertambangan nikel, juga terdapat sekitar 100 ribu hektar potensi penambangan emas, 3.500 hektar potensi kromite, kirosporas pada lahan sekitar 1.500 hektar atau dengan cadangan potensi sebanyak 12 juta ton, pasir atau krikil kuarsa, tanah liat, marmer dan batu kapur.
untuk mengelola kekayaan alam itu, lanjut Yusuf, diperlukan adanya kerjasama antara pemerintah, badan usaha milik daerah (BUMD) atau BUMN, Swasta, koperasi dan rakyat yang tergabung dalam kelompok usaha Bombana.
"Dari kerjasama itu, akan lahir sebuah terobosan untuk memerangi tantangan pembengunan seperti kemiskinan, pendidikan rendah, ketimpangan pendapatan, kesenjangan pembangunan antar wilayah, keterbatasan infrastruktur ekonomi dan fisik serta keterbatasan dana pembangunan,"katanya (aru)
Sumber :
http://www.infosultra.com/index.php/index.php?option=com_content&view=article&id=1445:-65-persen-luas-pulau-kabaena-potensi-nikel&catid=62:lokal-media-sultra
No comments:
Post a Comment